Kamis, 02 Oktober 2014

Angkot itu . . . .

Saat aku pulang bekerja, aku selalu menemui hal-hal baru. Beberapa waktu lalu di angkot itu aku bertemu dengan dua ibu-ibu paruh baya yang masih cantik. Ibu itu saling berbincang dengan temannya, pembicaraannya sangat serius namun terlihat santai, sesekali aku tak sengaja mendengar percakapannya. Ternyata salah satu dari ibu itu terkena PHK, dengan intonasi serius namun tak terlihat raut muka sedih dan menyesal apalagi sampai terdengar sumpah serapah, ibu itu begitu tenang dan sabar. Dia selalu berucap, ini mungkin saatnya, ini memang jalan Alloh, aku bahagia, semuaku pasrahkan kepada Alloh. Dia justru berkeinginan berwirausaha dari uang pesangon yang nantinya dia terima, dia mau melanjutkan usaha ibunya untuk berjualan krupuk dan membuat toko klontong. Subhanalloh. . .begitu mulianya hati ibu itu. Memang tidak ada yang tahu sampai kapan kita bekerja di sebuah perusahaan yang bonafide sekalipun, kita tak pernah tahu nasib kita di depan nanti seperti apa, namun dia selalu ingat bahwa pekerjaan itu bukan satu-satunya arah rejeki yang diberikan Alloh. Akupun menjadi ingat nasihat ibuku beberapa waktu yang lalu, yang sempat berkata: pendapatan sekecil dan sebesar apapun yang kita terima selama ini jika kita mampu bersyukur atas pemberian Alloh, maka Alloh akan semakin dekat kepada kita. Rejeki itu tak serta-merta pada materi, harta dan kekuasaan saja, namun juga kesehatan dan kebahagiaan hati kita. Secinta apapun kita pada sesuatu namun jika Alloh tidak meridloinya, tak menjadikan itu yang terbaik untuk kita atau justru Alloh mau memintanya kembali maka ikhlaskanlah. Kemudian akupun menjadi ingat keponakan kecilku, ntah kenapa aku memanggilnya "little angel" padahal dia waktu itu masih hidup. Aku sempat memanggilkan ketika aku berbincang-bincang dengan kakakku yang sudah lama tinggal di Jogja. Aku berharap agar dia menjadi peneduh di dalam rumah kami. Suatu ketika saat dia opname yang ke dua sebelum terakhir, aku merasa hidupnya tak lama lagi dan ternyata benar adanya. Malaikat kecil di rumahku itu harus kembali kepada Sang pencipta, dia begitu rupawan dan bersih.

Tweetty

Semasa hidupnya pun aku dan keluargaku sudah melihat keanehan yang dimiliki keponakan kecilku, setiap jam 3 pagi atau sekiranya biasa dibuat untuk solat tahajut twettyku selalu bangun dan seraya membangunkan kami dengan atau tanpa tangisannya. Dan setiap subuh tiba, dia juga selalu bangun dan melihat ibuku lama sambil tersenyum dan seraya melambaikan tangannya agar mendekatinya. jika kedua orangtuanya tak segera bangun, dia seakan-akan mencolek-colek mata ibu dan bapaknya. Begitu kami meyayanginya dan Engkau jauh mencintainya Tuhan :) jagalah dia di surga :)

Perjalanan Bisnisku

Tahun 2009 akhir setelah lulus SMA, aku memulai bisnis pulsa elektrik kecil-kecilan dan mulai terjun ke MLM seperti Sophie Marten. Keterlibatanku memang sekedar suka belanja dapat diskon menarik, kemudian aku mengenal sosok mbak Tata tetangga kosku yang kebetulan bekerja sebagai Make up artis dan memiliki salon sendiri aku ditawari untuk bergabung dengan Oriflame. Aku memilik alat make up lengkap namun aku tak pandai berdandan seperti wanita lain. hampir setiap minggu aku pulang rumah untuk melepas rindu dengan orang tua dan keluarga, sesekali aku bermain ke rumah sahabatku sebut saja Dewi, dia mengajakku berjualan kerajinan monel khas Jepara. Monel merupakan salah satu ikon kota Jepara di mana aku dilahirkan dan dibesarkan, kemudian aku dikenalkan engan Mas Abraham, dia penyetor monel itu, dari sana aku tahu harga dan dia sedikit kagum pada kami berdua (Aku dan Dewi) anak muda yang tak malu berjualan, kami memasarkan produk jualan kami dengan teman-teman kampus dan merekapun menyukainya. Namun lama-lama kita semua malas berjualan lagi dan fokus dengan kegiatan kuliah yang menjenuhkan itu.

Tahun 2013 aku mulai bergabung ke bisnis MLM lainnya seperti Tupperware, HDI dan mulai gencar2nya memasang iklan dan menjadi reseller make up, garment dan orderan pun lumayan banyak. Tahun 2014 awal bisnisku mulai redup karena aku mulai lelah berjualan karena fokus wisuda. Sekarang, saat ini aku mau memulai lagi dari nol ayo cemungud

Pesan Bapak untuk Anaknya di Facebook

Seorang pemuda duduk di hadapan laptopnya. Login facebook. Pertama kali yang dicek adalah inbox. Hari ini dia melihat sesuatu yang tidak pernah dia pedulikan selama ini. Ada 2 dua pesan yang selama ini ia abaikan. Pesan pertama, spam. Pesan kedua, dia membukanya. Ternyata ada sebuah pesan beberapa bulan yang lalu. Diapun mulai membaca isinya: “Assalamu’alaikum. Ini kali pertama Bapak mencoba menggunakan facebook. Bapak mencoba menambah kamu sebagai teman sekalipun Bapak tidak terlalu paham dengan itu. Lalu bapak mencoba mengirim pesan ini kepadamu. Maaf, Bapak tidak pandai mengetik. Ini pun kawan Bapak yang mengajarkan. Bapak hanya sekedar ingin mengenang. Bacalah ! Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat pertama kali kamu bisa ngomong. Kamu asyik memanggil: Bapak, Bapak, Bapak. Bapak Bahagia sekali rasanya anak lelaki Bapak sudah bisa memanggil2 Bapak, sudah bisa memanggil2 Ibunya”. Bapak sangat senang bisa berbicara dengan kamu walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Bapak ucapkan ketika umurmu 4 atau 5 tahun. Tapi, percayalah. Bapak dan Ibumu bicara dengan kamu sangat banyak sekali. Kamulah penghibur kami setiap saat. Walaupun hanya dengan mendengar gelak tawamu.


Saat kamu masuk SD, Bapak masih ingat kamu selalu bercerita dengan Bapak ketika membonceng motor tentang apapun yang kamu lihat di kiri kananmu dalam perjalanan. Ayah mana yang tidak gembira melihat anaknya telah mengetahui banyak hal di luar rumahnya. Bapak jadi makin bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya kamu ke sekolah. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan. Bapak sangat mengiginkan kamu menjadi anak yang pandai dan taat beribadah. Masih ingat jugakah kamu, saat pertama kali kamu punya HP? Diam2 waktu itu Bapak menabung karena kasihan melihatmu belum punya HP sementara kawan2mu sudah memiliki. Ketika kamu masuk SMP kamu sudah mulai punya banyak kawan-kawan baru. Ketika pulang dari sekolah kamu langsung masuk kamar. Mungkin kamu lelah setelah mengayuh sepeda, begitu pikir Bapak. Kamu keluar kamar hanya pada waktu makan saja setelah itu masuk lagi, dan keluarnya lagi ketika akan pergi bersama kawan-kawanmu. Kamu sudah mulai jarang bercerita dengan Bapak. Tahu2 kamu sudah mulai melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Kamu mencari kami saat perlu2 saja serta membiarkan kami saat kamu tidak perlu. Ketika mulai kuliah di luar kotapun sikap kamu sama saja dengan sebelumnya. Jarang menghubungi kami kecuali disaat mendapatkan kesulitan. Sewaktu pulang liburanpun kamu sibuk dengan HP kamu, dengan laptop kamu, dengan internet kamu, dengan dunia kamu. Bapak bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah kawan2mu itu lebih penting dari Bapak dan Ibumu?


Adakah Bapak dan Ibumu ini cuma diperlukan saat nanti kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu saja? Kamu semakin jarang berbicara dengan Bapak lagi. Kalau pun bicara, dengan jari-jemari saja lewat sms. Berjumpa tapi tak berkata kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, malah menjadi-jadi. Malam ini, Bapak sebenarnya rindu sekali pada kamu. Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu.

 
Bapak dan Ibu

Cuma Bapak sudah merasa terlalu tua. Usia Bapak sudah diatas 60an. Kekuatan Bapak tidak sekuat dulu lagi. Bapak tidak minta banyak. Kadang-kadang, Bapak cuma mau kamu berada di sisi bapak. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu. Menangis pada Bapak. Mengadu pada Bapak. Bercerita pada Bapak seperti saat kamu kecil dulu. Andaipun kamu sudah tidak punya waktu sama sekali berbicara dengan Bapak, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Allah. Jangan letakkan cintamu pada seseorang didalam hati melebihi cintamu kepada Allah. Mungkin kamu mengabaikan Bapak, namun jangan kamu sekali2 mengabaikan Allah. Maafkan Bapak atas segalanya. Maafkan Bapak atas curhat Bapak ini. Jagalah solat. Jagalah hati. Jagalah iman. ” Pemuda itu meneteskan air mata, terisak. Dalam hati terasa perih tidak terkira. Bagaimana tidak? Sebab tulisan ayahandanya itu dibaca setelah 3 bulan. Beliau pergi untuk selama lamanya. Semoga bermanfa'at.
 


(dikutip dari sumber)

Resep Nasi Goreng Simple ala Yumi

Pagi tadi tiba-tiba ingin buat nasi goreng yang simple and so taste :D tepatnya karena di kulkas bahan yang aku punya minimalis banget yuk simak resep nasgor ala Yumi :p
 
 Pertama-tama siapkan alat dan bahan :
Alat :
  1. Wajan
  2. Pisau
  3. Talenan
 Bahan :
  1. Nasi secukupnya
 Bumbu :
  1. 3 siung bawang putih
  2. 4 siung bawang merah 
  3. 3 buah cabe rawit
  4. Garam
  5. Penyedap rasa
  6. Gula pasir
  7. 2 sdm Saori saus teriyaki
  8. Minyak goreng untuk menumis
Cara memasak :
  1. Iris tipis 3 siung bawang merah
  2. Tumbuk halus 3 siung bawang putih, 3 buah cabe rawit, beri 1 sdt garam, 1 sdt penyedap rasa dan 1 sdt gula pasir (atau sesuai selera)
  3. Panaskan kompor, tumis bawah merah iris tadi hingga harum dan kecoklatan angkat dan pisahkan (untuk taburan di atas nasgor)
  4. Tumis bumbu halus dengan sedikit minyak goreng
  5. Masukkan nasi, aduk hingga bumbu-bumbu meresap dan beri 2 sdm saori saus teriyaki
  6. Angkat dan taburi bawang merah goreng di atasnya, dan nasgor simple siap disajikan selagi hangat :D