Minggu, 26 September 2010

Kerinduan

Ini hanyalah cerita fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat lokasi, itu hanyalah kebetulan yang sengaja dimirip-miripkan.


Malam masih larut. Bulan dan bintang masih beradsa di langit. Tempat mereka beradu. Tapi mata Pieo tak mampu terpejam. Jam di handphone masih menunjukkan pukul dua dini hari. Namun pikirannya masih bergelayut, matanya sambil menatap langit-langit kamar. Entah sampai kapan bayangan Ibra mampu hilang di benaknya.

”Ah, kenapa hanya bayangan wajahmu yang selalu meracuni pikiranmu,” gumam Pieo dalam hati.

Tanpa disadari, air matanya membasahi pipi tembemnya. Hingga membuat dirinya semakin terlihat lucu dan aneh. Tiba-tiba dia ingat akan sesuatu, benda yang telah dua tahun belakangan ini selalu menemani tidurnya. Ya, sebuah boneka beruang coklat yang mungil dengan sehelai pita yang mempercantik tubuhnya. Dengan segera dia mengambil boneka itu dan mendekapnya erat-erat. Kenangan Ibra semakin menjadi-jadi hingga membuat suara tangisannya semakin keras terdengar dan membuat Ibunya terbangun. Pelan-pelan ibunya mengetuk pintu kamar Pieo.

”Tok..tok..tok, Pie. Kenapa kamu sayang? Malam-malam begini belum tidur dan menangis”?!, suara Ibunya memanggil dan sempat membuatnya terkejut.

Dengan nada rendah dan sedikit berat, Pieo pun menjawab: ”Tidak kenapa-kenapa Mom, Pieo Cuma takut tibur sendiri, tapi ini sudah ngnatuk kok. Bentar lagi juga ketiduran, mama lanjutin istirahat saja, Pieo nanti menyusul”, jawab Pioe sambil berbohong.

Sebenarnya Ibunya telah mengetahui sebab anaknya menangis belakangan ini. Pieo menangis karena perpisahannya dengan Ibra setahun lalu. Ibra adalah kekasih Pieo saat mereka masih sama-sama duduk di bangku sekolah. Alasan perpisahan mereka, karena Ayah Ibra pindah kerja diluar Jawa. Terpaksa Ibra dan keluarganya ikut pindah ke Samarinda. Karena jarak jauh itulah mereka berpisah, alasan lain karena mereka sama-sama egois. Namun perpisahan itu terjadi karena keputusan sepihak oleh Pieo sendiri. Pieo selalu merasa Ibra lah yang kurang perhatian lagi dan sibuk dengan aktivitas barunya di sana.

Setelah tidak terdengar suara Ibunya memanggil. Pieo pun mengusap pipinya yang basah dengan tissue. Kemudian dia turun dari tempat tidurnya dan mengambil beberapa lembar kertas surat warna-warni yang telah lama dia koleksi selama ini. Sambil membuka laci tempat alat tulisnya, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh yang sempat membuatnya terkejut. Perlahan-lahan dia mengambilnya dan mengamatinya. Ooh..ternyata beberapa lembar foto ketika dia masih sekolah dulu bersama Ibra dan teman-temannya yang sempat terselip. Foto-foto itu masih terlihat bagus, meski dua tahun telah berlalu. Pieo pun tersenyum dan mengingat masa-masa ketika mereka bersama dulu. Mereka masih sangat lucu, lugu dan terlihat menggemaskan. Apalagi ketika melihat gaya d’angels sedang bergaya di depan kamera. Gaya mereka kocak dan narsis sekali. Setelah melihat foto-foto itu. Pieo segera merapikan dan mengambil bolpoint untuk menulis sebuah surat. Ya, Pieo berniat mengirim surat untuk Ibra Sang Mantan yang berisi ungkapan hatinya.

Dear: My Prince Ibra

Cinta adalah rona-rona yang bersinarPada tiap jiwa manusiaCinta itu suci nan menawanTerpancar indah penuh maknaCinta juga kadang seperti rodaYang berputar silih bergantiBergelayut dalam jiwa ragaDan akhirnya terpatri dalam diriCinta adalah kamu IbraBiarlah cintamu kekal abadi dalam hati

Your Princess: Pieo

Setelah selesai merangkai kata-kata, Pieo pun bergegas melipat kertasnya. Namun dia ingat sesuatu, bahwa hubunagnnya dengan Ibra telah berakhir setahun lalu. Akhir yang sangat menyakitkan. Mereka pun sempat lost contact dan membenci satu sama lain.

”Ya Alloh, aku lupa. Ibra bukan My Prince lagi. Aku baru tahu cinta itu apa ketika Ibra tak ada disisiku dan mengisi hari-hariku lagi”, ucap Pieo dalam hati.

Pieo pun memutuskan untuk mengirim e-mail dan mengganti kata-katanya. Segera dia mendapatkan kata-kata baru yang lebih cocok dikirimkan untuk Ibra.

Dear: Ibra Lylaku

Ketika ku melihat bulan dan bintang di langitTerlihat olehku, sosok yang tak asing lagi buatkuSosok yang selalu hadir dalam tiap tidur panjangkuSosok yang selalu ku rindukan selama ini

Apakah iti dirimu Ibra ku?Dimanakah engkau kini berada?Apakah kau pernah mengingatku,Dan terkadang merindukannku sebentar saja?Setelah ego dan emosi memisahkan kita

By: Pieo

Setelah selesai menulis, Pieo kembali menangis dan dia merasakan sekujur tubuhnya tiba- tiba terasa sakit. Perunya kram dan migrannya kambuh. Kemudian dia bergegas mengambil obat dan langsung meminumnya.

”Aduh, kenapa ini. Disaat seperti ini migranku malah kambuh. Dan perutku juga sering kram. Padahal obat dari dokter telah ruti aku minum, meski pola tidurku yang mulai kacau. Mudah-mudahan sesuatu yang buruk tidak akan terjadi padaku”, harap Pieo

Setelah minum obat, Pieo mulai mengantuk dan dia bergegas tidur. Dalam tidurnya dia bermimpi bertemu dengan sosok yang tidak asing dalam hatinya.

(To be continue)