Jumat, 31 Oktober 2014

Manfaat Biji Angkak

Beras Merah Cina atau angkak merupakan pengawet dan pewarna makanan alami yang menyehatkan. Sering dianggap sebagai obat bermacam penyakit. Berdasarkan penelitian, produk olahan dari beras ini bisa menurunkan kelebihan kolesterol. Kata angkak kian sering terdengar seiring merebaknya kasus demam berdarah dengue (DBD). Kasus DBD muncul secara rutin setiap tahun, khususnya di musim hujan. Beberapa warga masyarakat percaya bahwa angkak dapat digunakan sebagai obat pendongkrak trombosit. Sejauh ini memang belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk mendukung hal tersebut. Namun, bila bukti-bukti empiris di masyarakat telah menunjukkan hal tersebut, tentu tidak ada salahnya untuk dicoba. Dalam tulisan berikut pembahasan tentang angkak hanya dikaitkan dengan perannya sebagai pewarna, pengawet, serta penurun kolesterol darah.

Angkak ialah produk beras putih yang difermentasi dengan substrat beras yang menghasilkan warna merah gelap karena aktifitas kapang Monascus purpureus. Walaupun demikian, angkak dapat dibuat dengan kapang jenis lainnya seperti Monascus pilasus dan Monascus anka. Kapang tersebut membentuk koloni yang menyebar dan berwarna merah atau ungu. Kapang tersebut menggunakan berbagai komponen makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kapang ini juga memproduksi enzim-enzim seperti α-amilase, ß-amilase, glukoamilase, lipase, protease, glukosidase dan ribonuklease. Oleh karena itu kapang ini mampu tumbuh pada bahan yang mengandung pati, protein atau lipid.

Angkak juga memiliki beberapa khasiat yang diperlukan oleh tubuh, diantaranya adalah meningkatkan jumlah trombosit pada penderita demam berdarah, menurunkan tekanan darah, sebagai pewarna alami makanan selain itu juga dapat digunakan sebagai pembangkit rasa makanan. Angkak secara tradisional telah lama dimanfaatkan sebagai bumbu, pewarna dan obat, termasuk di antaranya adalah obat demam. Karena warna merahnya, angkak sering disebut beras merah, sehingga menjadi rancu dengan sebutan beras merah padanan dari brown rice dalam bahasa Inggris. Padahal antara angkak dan brown rice berbeda. Beberapa nama lain angkak adalah Fung khiuk, beni-koju, CholestinTM, Hong qu, Hung-chu, Monascus, Red koji, Red Leaven, Red Rice, Red Rice Yeast, Xue Zhi Kang (setelah diextract dalam alcohol), Zhi Tai (dalam bentuk bubuk).


Angkak ini berasal dari negara Cina. Pembuatan pertama dilakukan oleh Dinasti Ming yang berkuasa pada abad ke-14 sampai abad ke-17. Dalam teks tradisional The Ancient Chinese Pharmacopoeia disebutkan bahwa angkak digunakan sebagai obat untuk melancarkan pencernaan dan sirkulasi darah. Angkak menjadi konsumsi harian masyarakat Cina terutama sebagai pengawet dan penyedap makanan. Sedangkan penduduk Taiwan memilih meminumnya dalam bentuk anggur beras. Sebenarnya angkak tidak mempunyai rasa. Sebagian etnis Cina mempunyai kebiasaan mencampurkan angkak agar perut menjadi nyaman setelah makan dan membuat masakan yang diolah menjadi berwarna merah agar lebih menarik. Angkak dapat pula dibuat dari bahan-bahan sumber karbon lain seperti gadung, kentang, ganyong, suweg, ubi jalar dan tapioka tetapi intensitas warna yang dihasilkan tidak sebaik pada beras.


Suhu pertumbuhan untuk Monascus berada dalam kisaran 25ºC – 32º C sehingga kapang ini termasuk dalam golongan kapang mesofilik. Sedangkan pH yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah sekitar 6,5 (Hesseltine, 1965). Monascus bersifat aerobik, yaitu membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya karena kapang tersebut tumbuh baik pada permukaan beras. Monascus dikelompokkan dalam kapang yang bersepta yaitu septa yang membagi hifa dalam ruangan-ruangan, dimana setiap ruangan mempunyai inti satu atau lebih. Monascus termasuk dalam kelas Ascomycetes sehingga sistem reproduksinya menggunakan askospora (spora seksual) dimana spora bersel satu terbentuk di dalam kantung yang disebut askus. Biasanya terdapat 8 askospora di dalam setiap askus.

Kapang Monascus purpureus dengan kandungan lovastatinnya adalah salah satu dari keanekaragaman mikroba Indonesia yang memiliki potensi biomedis yang dapat dikembangkan. Lovastatin adalah bahan bioaktif yang dikenal baik berperan dalam penurunan kolesterol, pengobatan diabetes, jantung koroner, rapuh tulang, penghambatan tumor dan penyakit degeneratif.

Manfaat Angkak:
  1. Sebagai obat sakit perut (gangguan pencernaan dan diare)
  2. Melancarkan sirkulasi darah
  3. Menjaga kesehatan limpa dan lambung yaitu suatu organ tubuh yang menguraikan sel darah merah yang telah usang dan menyaring senyawa-senyawa asing.
  4. Sebagai obat luka otot, disentri dan antraks (penyakit sapi gila)
Senyawa obat yang terdapat di dalam angkak sesungguhnya merupakan produk metabolit sekunder dari kapang Monascus purpureus, yaitu lovastatin. Kadar lovastatin pada angkak sekitar 0,2 persen. Lovastatin (C24H36O5) atau mevacor atau monacolin K telah dikenal sebagai senyawa obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah pada penderita hiperkolesterolemia. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa angkak mengandung senyawa gamma-aminobutyric acid (GABA) dan acetylcholine chloride, yaitu suatu senyawa aktif yang bersifat hipotensif, artinya mampu menurunkan tekanan darah. Karena itu, angkak sering digunakan sebagai obat penurun tekanan darah oleh penderita hipertensi.

Saat ini, secara komersial angkak telah dipasarkan sebagai produk suplemen untuk meningkatkan kesehatan jantung. Contoh produk yang sudah beredar: Cholestini dengan kandungan angkak sebesar 600 mg per kapsul dan Herbalin Ruby Monascusi dengan kandungan angkak sebesar 500 mg per kapsul. Kendati demikian, anak dan remaja di bawah usia 20 tahun tidak disarankan menggunakan suplemen tersebut. Dalam pengobatan Cina tradisional, dosis suplemen angkak yang digunakan sangat tinggi, yaitu mencapai 6.000–9.000 mg per hari. Sementara dosis yang dianjurkan adalah 600 mg (dosis oral), sebanyak 2-4 kali ulangan per hari. Suatu penelitian menunjukkan bahwa pemberian angkak kepada orang dewasa dengan dosis 1.200 mg per hari selama delapan minggu, tidak menimbulkan efek negatif.

Biji Angkak


Namun, karena informasi tentang dampak keamanan pemakaian angkak dosis tinggi dalam jangka panjang masih sangat terbatas, pemakaian sebaiknya dibatasi hanya dalam jangka waktu pendek. Walaupun jarang terjadi, efek samping yang dapat diberikan oleh konsumsi angkak adalah sakit kepala, sakit lambung, timbul gas, pusing, serta rasa panas di dalam perut. Orang yang berisiko mengalami penyakit lever atau sedang menderita penyakit lever sebaiknya tidak mengonsumsi angkak. Dengan mekanisme yang sama seperti pada penurunan kolesterol, angkak juga dapat memengaruhi fungsi hati.

Bagi pecandu alkohol, orang yang sedang mengalami infeksi serius dan gangguan fisik atau yang mengalami transplantasi organ, dianjurkan untuk menghindari penggunaan angkak. Dampak terhadap orang yang sedang hamil dan menyusui belum pernah dievaluasi, tetapi sebaiknya dihindari.

Tidak ada komentar: