Senin, 25 Oktober 2010

Penyesalan Terdalam

At home 31 Agust 2010 - 21:53:31

Mengapa,
Mengapa harus berbohong jika kejujuran itu lebih indah?
Mengapa tak ada firasat sedikitpun, untuk semua kejadian ini?
Mengapa begitu sulit untuk mempercayai tiap detik perkataanmu?
Mengapa, mengapa?

Hari ini Andre tak henti-hentinya menyesal, menangis, terpaku di pusara Sita, orang yang sangat dikasihinya. Air matanya terus dan terus menetes dari pipinya. Hampir-hampir airmata darah pun ikut keluar dari mata sipitnya. Jika tak ada Debi yang mencoba menenangkannya, mungkin itulah yang akan terjadi. Sore itu, adalah hari yang membuat Andre menyesal seumur hidup. Bagaimana tidak, dia telah menyia-nyiakan Sita yang telah tulus dan jujur atas perasaannya, kepada Andre kekasihnya lima tahun terakhir. Dulu mereka memang pernah berpacaran, dan sempat untuk bertunangan. Tapi, tiba-tiba rencana itu pupus. Karena ada pihak ketiga yang membuat kesalahpahaman diantara mereka. Doni adalah orang yang telah setahun ini mencoba merebut hati dan perhatian Sita. Tapi, Sita hanya menganggap Doni sebagai sahabat karibnya. Meski Sita tahu betul bagaimana perasaan Doni terhadapnya. Berjuta penjelasan Sita, tak juga membuat Andre percaya, bahwa dialah cintanya. Mata hati Andre telah tertutup oleh kecemburuannya. Tak mau sedikitpun percaya pada orang yang telah bertahun-tahun bersama dalam suka maupun duka.

Dalam kesunyian hatinya, Debi memberi sebuah Diary kepada Andre, yang berisi catatan-catatan hati Sita selama ini.

Tuhan, telah ku terima keputusanMu atas diriku.
Kan ku buat hatiku tegar dalam kehidupanku nanti.
Tak kan ku buat orang-orang yang mengasihiku bersedih.
Kan ku buat semuanya tersenyum jika waktunya telah tiba.

Itu adalah salah satu catatan Sita, sesaat sebelum Sita koma tiga hari terakhir, sebelum hari ini. Kenangan yang telah mereka lalui, mulai berlari-lari dipikirannya. Sampai penjelasan Sita yang terakhir pun masih nyata. Tiap kata, masih terasa jelas, hingga suara Sita pun masih bisa didengarnya dengan baik.

“Jika itu mau mu, bersembunyilah di tempat yang belum ku ketahui. Agar aku dapat menemuimu di tempat yang indah, tempat dimana pertama kali kita bertemu.”

Sita sempat mengirim e-mail itu, setelah beberapa hari Andre tak dapat dihubungi. Hpnya selalu mailbox. Andre telah menerima e-mail itu dan berniat bertemu dengan Sita langsung. Namun setelah bertemu bukannya masalah ‘clear’ tapi Andre semakin cemburu, ketika tak sengaja bertemu Sita yang diantar Doni ketika Sita kambuh. Tanpa bertanya dahulu alasan Doni mengantarnya, Andre marah besar dan dengan emosi, Andre memutus hubungan mereka secara sepihak. Cincin yang melingkar manis dijarinya, dihempaskan erat keras-keras, sampai melompat dibawah high heel Sita. Dengan gemetar Sita mengambilnya dan meminta Andre memakainya lagi. Sambil mencoba menjelaskan alasannya. Dengan cepat Andre naik mobil Jazznya.

“Honey, kamu harus percaya beib. Beib tak ada rasa dengan Doni. Doni hanya sahabat tak lebih. Ayolah honey percaya beib. Beib tak pernah menyangka honey akan kecewa seperti ini”, ucap Sita sambil menangis.
“Tapi, apa yang ku lihat selama ini, kamu pernah pulang diantar dia, makan siang diluar jam kantor pun sama dia!! Apa itu namanya?! Aku tak bisa kamu bohongin terus menerus seperti ini”, ucap Andre dengan nada marah.
“Itu karena Andre ulang tahun sayang”, rengek Sita.
“Omong kosong, sudahlah mulai detik ini kita putus saja, daripada memulai hubungan rumah tangga dengan kebohongan”, bentak Andre sambil melaju mobilnya dengan cepat.
“Karena beib sakit honey, Doni yang nganter ke rumah sakit, dan beib telah berbohong, maafin beib ya”, ucap Sita yang perkataannya tak mampu didengar Andre yang telah hilang dari pandangannya.

Tiba-tiba Sita pingsan, dengan cepat Doni meraih tubuh Sita yang lemah tak berdaya, agar tubuh Sita tak terbentur lantai. Dengan bantuan orang-orang disekitarnya Sita dilarikan di rumah sakit. Sesampainya di sana, mencekam terasa. Banyak alat medis yang telah dipasang di tubuhnya, membantunya agar Sita bisa bertahan dengan kondisi yang begitu lemah. Sesaat setelah Sita berada di ruang darurat Andre datang dengan wajah panik. Dia berusaha mencari tahu alasan Sita pingsan, hingga alat-alat medis itu begitu setia menempel di tubuhnya. Doni yang telah menjelaskan semuanya, hingga Andre terpukul dan mengambil cuti kerja untuk menunggu Sita di rumah sakit. Tiap detik, Andre tak henti-hentinya melihat Sita yang masih membisu di tempat tidur, sembari berdoa dan berharap agar Sita segera siuman. Hingga tiga hari Sita koma, hanya beberapa detik saja Sita siuman hanya untuk mengatakan bahwa Sita begitu mencintainya. Dan tak kuasa menemani Andre lebih lama lagi, sesaat setelahnya Andre hanya bisa melihat Sita menghembuskan nafas terakhirnya, tanpa memberi kesempatan Andre untuk mengucapkan bahwa diapun begitu mencintainya dan telah menyesal tak mempercayainya.

THE END

Tidak ada komentar: